Pernah nggak sih kalian denger istilah Quarterlife Crisis?
Istilah Quarterlife crisis dikemukakan pertama kali oleh Alexandra Robbins dan Abby Wilner pada tahun 2001 berdasarkan penelitian mereka terhadap kaum muda di Amerika memasuki abad ke-20. Mereka memberi julukan kepada kaum muda tersebut sebagai “twentysomethings”, yakni individu yang baru saja meninggalkan kenyamanan hidup sebagai mahasiswa dan mulai memasuki real-life.
Fischer (2008) menjelaskan quarterlife crisis sebagai suatu perasaan yang muncul saat seorang individu mencapai usia pertengahan 20-an tahun. Dimana ada perasaan takut terhadap kelanjutan hidup di masa depan, termasuk di dalamnya urusan karier, relasi dan kehidupan sosial.
Terdapat 5 (lima) fase yang dilalui oleh individu dalam quarterlife crisis menurut Robinson (2001), kelima fase tersebut antara lain :
- Pertama, adanya perasaan terjebak dalam berbagai macam pilihan serta tidak mampu memutuskan apa yang harus dijalani dalam hidup
- Kedua, adanya dorongan yang kuat untuk mengubah situasi
- Ketiga, melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya sangat krusial, misalnya keluar dari pekerjaan dan memutuskan suatu hubungan yang sedang dijalani lalu mencoba pengalaman baru
- Keempat, membangun pondasi baru dimana individu bisa mengendalikan arah tujuan kehidupannya
- Kelima, membangun kehidupan baru yang lebih fokus pada hal-hal yang memang menjadi minat dan sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh individu itu sendiri.
Area permasalahan dalam Quarter-life Crisis
Ketika individu mengalami quarter-life crisis terdapat berbagai macam pertanyaan dalam benaknya mengenai berbagai aspek kehidupan. Aspek-aspek tersebut juga menjadi area permasalahan yang dialami individu, seperti yang dikemukakan oleh Nash dan Murray (2010) berikut ini :
1. Mimpi dan Harapan
Individu mempertanyakan mimpi-mimpi dan harapan akan hidupnya di masa depan, termasuk di dalamnya adalah bagaimana ia menemukan apa yang menjadi minatnya, bagaimana kalau di usia tertentu yang sudah ditargetkannya ia belum juga mencapai impiannya, hingga sudah terlambatkah atau bagaimana caranya bila ia harus mengubah atau mengatur ulang harapan tersebut.
2. Tantangan di bidang Akademis
Individu mempertanyakan mengapa ia terokupasi untuk untuk melanjutkan kuliah dan menggenapinya dengan karier yang cemerlang sementara di sisi lain ia sudah memiliki minat di bidang yang lain.
Selain itu, bagaimana individu akan menghadapi kebebasan pasca menyelesaikan kuliah juga menjadi permasalahan tersendiri, apalagi bila pada akhirnya pengalaman masa kuliah tidak mampu mengakomodasi pemenuhan individu akan impian-impiannya.
3. Agama dan Spiritualitas
Individu mempertanyakan sisi spiritualitasnya mulai dari apakah agama yang dianutnya sudah merupakan pilihan yang tepat, apakah orang tua akan kecewa bila individu tidak lagi taat atau bahkan pindah keyakinan hingga bayangan akan agama atau kepercayaan seperti apa yang akan individu tersebut akan terapkan pada anak-anaknya kelak.
4. Kehidupan Pekerjaan dan Karier
Individu pada umumnya terperangkap dalam pertanyaan antara ingin mengerjakan pekerjaan atau karier yang ia minati dengan kebutuhan dan tuntutan untuk bekerja demi memperoleh penghasilan yang besar dan akhirnya mampu mandiri secara finansial.
5. Teman, Percintaan dan Relasi dengan Keluarga
Individu mulai mempertanyakan apakah ada pasangan jiwa yang tepat untuknya, bagaimana ia tahu kalau pasangannya saat ini adalah orang yang tepat, serta kebingungan mengatasi masalah saat menjalani masa lajang dengan keinginan juga mau terikat dalam suatu hubungan interpersonal.
Hubungan dengan keluarga juga diwarnai pertanyaan seputar kemandirian dan keinginan untuk bebas dari orangtua. Sementara itu, dalam hal pertemanan, individu mempertanyakan cara mereka untuk memperoleh teman sejati sekaligus figure yang bisa mereka percayai dan andalkan.
6. Identitas
Individu mepertanyakan esensi dari masa dewasa sebagai masa yang memberikan rasa antusias, namun disisi lain juga memberikan perasaan terancam.
Dalam hal identitas diri, individu mulai memberikan perhatian khusus pada penampilan, pembawaan diri hingga reaksi emosi yang mereka ekspresikan kepada lingkungan, misalnya mengapa mereka mudah khawatir akan suatu hal dan mudah terokupasi akan hal yang lain. Identitas diri juga membangun kesadaran individu pada pilihan politik hingga orientasi seksual.
Nah sebagai mahasiswa, kita termasuk dalam usia yang rentan mengalami quarter-life crisis. Pasti kalian atau teman kalian pernah sepintas berpikir “apa jurusan yang saya pilih ini salah ya? Kok rasanya sudah sampai semester ini saya belum paham apa-apa?” . Tenang aja, itu wajar kok. Memang di usia mahasiswa ini merupakan usia menuju dewasa yang masih mencari jati dirinya.
Quarter life crisis ini memang kebanyakan berdampak pada mahasiswa yang mulai merasa ga nyaman dengan pilihannya saat ini, merasa kesepian, merasa tidak punya siapa-siapa, bosen ngejalanin aktivitas yang gini-gini aja, dan bahkan ngerasa hidupnya tuh berat banget.
Umumnya, terdapat beberapa cara untuk menghadapi quarter life crisis ini. Cara-caranya itu adalah sebagai berikut:
1. Kenali diri lebih dalam
Kalian pasti bertanya-tanya kan, “gimana sih cara mengenali diri lebih dalam?”. Nah, biasanya caranya tuh kita harus cari tau nih kekurangan dan kelebihan yang ada pada diri kita tuh apa. Terus cari tau pekerjaan yang kita sukai tuh apa. Setelah kita tau jawabannya pasti kita bisa lebih paham dan tau ke mana arah hidup kita.
2. Berhenti membandingkan diri sendiri dengan orang lain
Membandingkan diri sendiri dengan orang lain, malah membuat kita buang-buang waktu. Selain itu, membuat kita menjadi semakin sulit bergerak. Karena kita hanya fokus pada orang lain, bukan pada diri kita sendiri. Jadi, mulai sekarang berhenti deh membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Coba mulai fokus dengan diri sendiri dan yakin bahwa kita bisa mencapai impian kita.
3. Berteman dengan orang-orang yang memberi dukungan
Karena orang-orang yang mendukung kita pasti akan memberi pengaruh positif di hidup kita. Nah, pengaruh positif dari mereka inilah yang bisa menjadi salah satu alasan kita dalam mengatasi quarter life crisis yang sedang terjadi di hidup kita ini.
Jadi, cobalah lebih mencintai diri sendiri mulai sekarang. Pikirkan dan fokuskan diri untuk diri sendiri terlebih dahulu. Karena ketika cinta dalam diri sendiri sudah terpenuhi, maka satu persatu impian kita pasti bisa terwujud. Sehingga hidup kita jadi lebih bahagia dan tenang.
Sumber : Eksistensi Fenomena Quarter-Life Crisis Pada Mahasiswa